Saturday, September 25, 2010

Champagne Girl (Part 1)

Gak pernah aku bayangkan sebelomnya bahwa seluruh karirku di Maxcom Enterprise ini akan berakhir akibat kebodohanku yang super duper bodoh. Dua tahun terhebat dalam hidupku berakhir karena satu malam bodoh. Can’t even meet him anymore. My boss. I kissed him. In a bar. Damn, seharusnya aku nggak ngambil champagne bodoh itu! I got drunk and it all happened!

“Carly, be ready to our trip”, Pak Andrew mengatakan hal itu padaku di sela-sela makan siang kami bersama staff lainnya.

“Uhm, trip apa Pak?” kataku penuh tanda tanya.

We’re going to Bali tomorrow. Sorry, mendadak. Tapi kita harus menangin tender besok. Kamu harus tampil impressive, as usual.”

Aku tersedak. Oke, bosku emang agak-agak sakit jiwa ya? Kita akan ke Bali, besok, berdua. Dan aku baru dikasih tahu beberapa jam sebelum keberangkatan?! Dan apa yang ada di pikirannya? Berdua?! Okay, jangan salah pikir. I have no intention to chase my boss, he’s great though, but he’s engaged already. Sampai kapanpun gak pernah ada di otakku untuk berbuat yang aneh-aneh sama Pak Andrew, not even a flirt. Well, memang ga bisa dipungkiri kalau Pak Andrew punya daya tarik tersendiri, semua wanita di kantor pun mengakuinya. Penampilannya, pembawaannya, segalanya membuat dia kelihatan charming. Yeah, Mr. Charming, mata kami terpaku kemanapun dia bergerak.

Bali!! Rasanya sudah lama aku nggak pergi berlibur. This is gonna be fun! I finish my job, and I have a little escape! Kami tinggal di hotel berbintang di Ubud. Tempat yang indah dan fasilitas yang menyenangkan. Tiba di Bali kami langsung bekerja, melakukan sedikit research pada perusahaan yang menjadi target kami. Kemudian aku melatih presentasi yang akan aku sampaikan semalaman. Perusahaan di Bali ini, perusahaan ekspor-impor dengan komoditi dan profit yang cukup besar, akan sangat menguntungkan bagi perusahaan kami apabila dapat bekerja sama dengan mereka.

Bangun pagi-pagi di hari kedua, menyiapkan penampilan se-oke mungkin. Okay, i’m ready with the presentation. Presentasi ini tujuannya adalah untuk meyakinkan klien bahwa perusahaan kami adalah perusahaan yang paling tepat untuk diajak bekerja sama, aku menjelaskan cara kerja kami selama ini dan perusahaan mana saja yang telah bekerja sama dengan kami. Impressive, my performance was outstanding. Pak Andrew senyum terhadapku dan mengacungkan jempolnya untukku setelah aku selesai presentasi. Aku tertawa, merasa tersanjung. Okay, aku emang anak emas Pak Andrew, semua orang di kantor pun tahu. Aku yang akan dibiarkan untuk memegang tender-tender dengan perusahaan besar. Sebelumnya, Maxcom Enterprise adalah perusahaan advertising yang cukup terkenal di Jakarta dengan seluruh cerita-cerita hebat di baliknya.

The day after, everything is just perfect. Aku menghabiskan seluruh siang hariku dengan spa di hotel. Rasanya sudah lama sekali tidak memanjakan diri seperti ini. Ponselku berdering-dering menandakan adanya SMS masuk. Pak Andrew, wow.

Carly, mau join saya jalan-jalan? -A.

Pak Andrew mengajakku jalan-jalan? Well, why not? Maybe it’s time to talk about my promotion. Hahaha..

Oke, Pak. Jam berapa saya harus siap? -Carly.

Pukul enam malam Pak Andrew mengetuk pintu kamarku. Aku mengamati lagi penampilanku di cermin. Tidak ada yang salah, semua terlihat pas. Aku memakai celana jeans skinny-ku, dan atasan sedikit loose. Kuikatkan sebuah syal di leherku. Kubuka pintu dan kulihat Pak Andrew di depanku dengan senyumnya yang menawan.

“Udah siap?” Pak Andrew memakai celana panjang jeans yang sangat jarang kulihat. Masih dengan sepatu vantovelnya, tapi kali ini dia memakai kaos berleher V dan jas yang semi formal.

Yes, sir.” Kututup pintu kamarku dan kami melangkah keluar. Ternyata kami tidak pergi berdua, kami pergi dengan adik Pak Andrew yang kebetulan lagi liburan di Bali juga. Cowok, dengan jarak umur yang cukup jauh dengan Pak Andrew, dia 21 tahun dan Pak Andrew 30 tahun. Chris namanya. Cukup tampan walau tidak setampan Pak Andrew, dan cukup matang untuk anak seusianya. Kami pergi makan malam di Jimbaran, kemudian berjalan-jalan di sekitaran Kuta dan menghabiskan malam di bar.

“Carly, penampilan kamu kemarin luar biasa hebat.”

Thanks, Pak. Berkat ilmu dari Bapak juga kan?” kami tertawa bersama-sama.

I buy you a champagne, allright?” Aku adalah tipe orang yang nggak bisa minum. Tapi kalau cuma segelas champagne seharusnya nggak akan kenapa-kenapa kan? Singkat cerita, kami pun bercerita dan tertawa bersama-sama. Membicarakan kehidupan di kantor yang tidak ada habisnya. Dan champagne yang seharusnya hanya segelas itu menjadi bergelas-gelas. Musik di bar pun sangat mendukung suasana romantis yang terjadi. Wait, romantic? Did I just say that?! It must be something wrong with my head.

Wanna dance?” Pak Andrew mengulurkan tangannya. Kepalaku sudah cukup pusing, tapi aku masih bisa melihat wajah rupawan Pak Andrew di tengah keremang-remangan ini. Kusambut tangan Pak Andrew. Hangat. Siapapun tunangan Pak Andrew, Ally atau siapa itu namanya, pasti sangat beruntung mendapatkan pria seperti Pak Andrew.

Kukalungkan tanganku di leher Pak Andrew, dan Pak Andrew memegang pinggangku. Kami sangat dekat. Seharusnya semua menjadi lebih romantis, tapi champagne idiot itu membuatku meracau gak jelas. Bodohnya hal yang aku bicarakan adalah orang yang keberadaanya hanya beberapa sentimeter di depanku, entah aku sadar atau tidak. Aku mulai meracau tentang bagaimana pengaruhnya di kantor, khususnya bagi wanita. Bagaimana kami terpukau dengan pembawaannya. Aku bisa melihat Pak Andrew tertawa di hadapanku.

“Carly, kamu mulai mabuk. Lebih baik kita pulang sekarang.” Pak Andrew membisikkan kata-kata itu di telingaku. Aku terkesiap, aku merinding. Next time i know, bibirku sudah mendarat di bibirnya. Dan entah mengapa aku tidak kuasa melepasnya. Pak Andrew memegang pipiku dan menarik wajahku. Memanggil namaku, dan sepertinya tidak kujawab karena aku sudah semakin ngelantur.

Aku membuka mataku. Kepalaku berat. Perutku mual dan lapar. Oh shit, what time is it?! Aku terkesiap kaget melihat jam menunjukkan angka 11. Penerbanganku pukul 3 dan aku belum siap-siap sama sekali. Aku bergegas ke kamar mandi dan terkaget-kaget melihat pantulanku di cermin. Oke, ini mengerikan, rambutku sangat berantakan. Aku sudah tidak memakai syal. Oke, dimana syal itu? Syal yang sama sekali tidak menutup diriku dari dinginnya angin malam, syal bodoh. Kucari-cari syal itu kesana kemari dan tetap tidak menemukannya. Kuputuskan untuk melupakan syal itu dan segera membersihkan diri. Berendam di bathtub dan mulai menyatukan potongan-potongan kejadian semalam. Aku tidak ingat seutuhnya, tapi aku yakin sekali aku menciumnya. Crap! Dan aku muntah, bener nggak? Oh my God, ini benar-benar memalukan. Gara-gara champagne sialan itu! Nggak seharusnya aku coba-coba menenggaknya, satu gelas pun nggak! Aku mulai kebingungan mencari cara untuk tidak bertingkah lebih bodoh lagi. Aku harus pura-pura lupa. Padahal nanti aku akan berada di pesawat bersama Pak Andrew! Oh Tuhan, apa yang harus aku lakukan?

Kami berada di pesawat, berdua. Aku diam, aku benar-benar tidak bisa berkutik. Wajahku menunduk membaca buku. Aku tidak bisa menatap wajah Pak Andrew yang sedang tidur.

“Carly...” Pak Andrew mengganggu lamunanku. Of course, i’m not really reading the book. Aku masih berusaha memikirkan arah pembicaraanku. Haruskah aku menyinggung soal semalam? Aku menengok ke arah Pak Andrew. “Seharusnya kamu bilang sama saya kalau kamu nggak bisa minum,” Pak Andrew melanjutkan kata-katanya. Crap, ini dia. Topik ini yang sudah kutunggu-tunggu.

“Maaf, Pak. Maaf kalau saya semalam merepotkan Bapak.”

“Nggak, Carly. Semalam sangat menyenangkan. Nggak nyangka bakal ngelihat kamu mabuk.” Pak Andrew tersenyum.

Apa? Menyenangkan? Apa Pak Andrew nggak tahu aku mau mati memikirkan tentang kejadian semalam?! Menyenangkan dari mana?! Tapi Pak Andrew nggak menyinggung apa-apa soal ciuman itu. Apa Pak Andrew juga menikmatinya? Ah, pikiran bodoh apa ini? Carly, he’s not available! Go find another man!

_________________________________________________

xoxo,

No comments: